Friday, April 14, 2006

Menulis Cepat, Cepatlah Menulis!

Saat ini saya sedang membaca sebuah buku berjudul ‘Quantum Learning’. Karangan Bobbi de Porter dan Mike Hernacki. Meski bukan buku terbitan baru, buku ini sangat menarik. Pada salah-satu babnya mengenai menulis, dikatakan bahwa salah-satu cara berlatih menulis adalah menulis dengan cepat. Tentukan topic yang ingin ditulis, pasang timer lalu menulislah dengan cepat selama waktu itu. Apa saja yang dipikirkan bahkan ketika sedang kehabisan ide. Tulis saja sedang tidak ada ide. Pokoknya terus menulis tanpa mengedit!

Saya mencoba cara itu selama 5 menit dan inilah hasilnya:

Saya menyukai ungu. Ungu adalah gabungan warna merah dan biru. Merah cenderung pada sesuatu yang panas dan bersemangat. Sementara biru kebalikannya. Ia merujuk pada ketenangan. Jadi ungu seperti paduan dua sisi. Seperti memiliki dua lilin lunak, merah dan biru lalu melumatnya menjadi satu. Itulah Ungu. Menjadi ungu seperti memiliki dua kepribadian yang tersembunyi. Kadang kau menjadi seseorang yang bersemangat dan dilain waktu sebaliknya menjadi sangat tenang. Ungu menjadikanmu sosok yang tidak mudahk dimengerti. Orang lain terkadang menebak dengan salah siapa dirimu sebenarnya. Mereka pikir kau adalah si merah....

Bagaimana? Tampak kacau?! Benar, ketika kita menulis dengan cepat lalu membaca hasilnya kembali. Sebagian besar isinya tidak berguna, tata bahasanya pun kacau, banyak pilihan kata yang tidak tepat. Kesempurnaan memang bukan tujuan dari cara ini. Cara ini mengabaikan hasil namun membantu kita melepaskan diri dari rasa ragu-ragu yang memberatkan setiap kali memulai menulis. Jika terus berlatih dengan cara ini dengan sedikit demi sedikit memperpanjang waktu pada timer, kita akan lebih terlatih. Terlatih menuangkan ide dan terlatih dalam memilih kata. Ini akan memudahkan kita untuk mengeditnya kembali dan menjadikannya tulisan yang sempurna.

Saya menyukai cara ini dan berniat akan berlatih dengannya terus-menerus. Pada latihan pertama ini saya kehabisan waktu. Masih ada banyak hal yang ingin saya tuangkan. Artinya? Saya sebenarnya tidak pernah kehabisan ide untuk ditulis. Yang saya butuhkan adalah tekad untuk mengatasi rasa malas dan kemauan besar untuk terus belajar menulis. Saya percaya bahwa setiap orang bisa menulis dan harus belajar untuk menulis. Karena menulis adalah aktifitas yang melibatkan dua belahan otak kita sekaligus dus hal ini sangat membantu untuk mengoptimalkan kerja otak . Untuk diketahui, secara fisiologis otak kita tidak berbeda jauh dengan otak yang dimiliki einstein, da vinci, atau ibnu sina. Jadi hanya ada dua pilihan : gunakan otak kita atau abaikan!

No comments: